2.4 PELAKSANAAN KETERAMPILAN MEDIK
2.4.1 Pemeriksaan berat badan (BB)
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan, terutama pada bayi baru lahir. Berat badan adalah salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan menggambarkan jumlah keseluruhan dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pengukuran berat badan dapat memberikan gambaran status gizi sekarang dan jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan, serta dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan
Berat badan juga dapat digunakan untuk mendiagnosa apakah berat badan bayi normal atau berat badan lahir rendah (BBLR). Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali jika terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, ataupun adanya tumor. Pada orang dengan edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil dan sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumalah makanan yang dikonsumsi.. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan terdapat keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi, berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya apabila terdapat ketidakseimbangan, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapa berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Karena bersifat labil, maka indeks BB/U (berat badan menurut umur) lebih menggambarakan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
Ada 3 macam timbangan yang biasa dipakai, yaitu :
- Tipe Salter spring balance:
- Timbangan gantung (yang biasa terdapat di Posyandu)
- Maksimum berat 25 kg dengan ketelitian 100 g
- Digunakan untuk bayi ataupun anak yang belum bisa berdiri tegak sendiri
- Tipe beam balance (untuk anak dan dewasa) dan pediatric scale (untuk bayi/anak dibawah 24 bulan), dapat dilihat pada gambar 1.1.
- Tipe Bathroom scale (digital ataupun analog) :
- Dipakai untuk anak yang sudah bisa berdiri sendiri dan dewasa.
- Dapat juga dipakai untuk menimbang bayi ataupun anak yang belum bisa berdiri sendiri dengan menimbang anak bersama ibunya. Caranya : pertama2, timbang ibu/pengasuh yang sedang menggendong bayi/anak yang akan dilihat berat badannya (penimbangan pertama). Lalu timbang ibu/pengasuhnya saja (penimbangan kedua). Setelah itu, kurangi hasil penimbangan pertama dengan hasil penimbangan kedua, sehingga didapatkan berat badan bayi/anak. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2.
- Maksimum berat 150 kg dengan ketelitian 100 g
Gambar 1.1 Timbangan badan : (a) pediatric scale untuk infants, (b) beam balance untuk anak dan dewasa.
Gambar 1.2 Menimbang berat badan bayi/anak dengan menimbang bayi/anak beserta dengan ibu/pengasuh.
Prosedur penimbangan BB pada anak / dewasa menggunakan beam balance
Persiapan :
- Tempatkan timbangan tipe beam balance (dapat juga diganti menggunakan tipe bathroom scale) pada permukaan keras rata
- Tempatkan anak timbangan / jarum penunjuk pada angka 00,00
Cara pemeriksaan :
- Pastikan subjek atau pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu sebelum penimbangan dilakukan
- Pasien diharapkan memakai baju sehari-hari yang tidak tebal, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang/mengantongi sesuatu.
- Pasien berdiri di tengah-tengah timbangan, tanpa dipegangi/berpegang pada sesuatu. Posisikan kepala pasien agar tegak, mata menatap lurus kedepan, dan badan tidak bergerak
- Jika menggunakan beam balance, geser anak timbangan sampai seimbang dan berada di garis tengah.
- Lakukan pembacaan hasil penimbangan dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma dalam satuan Kg, kemudian catat hasil penimbangan berat badan tersebut.
Prosedur penimbangan BB bayi atau anak yang belum bisa berdiri menggunakan timbangan bayi
Persiapan :
- Tempatkan timbangan bayi analog/digital (dapat juga diganti menggunakan tipe pediatric scale) pada lantai atau meja dengan permukaan yang keras, rata, dan tidak mudah goyang.
- Pastikan posisi jarum penunjuk (untuk timbangan bayi analog) atau angka (untuk timbangan bayi digital) menunjuk pada angka 00,00
Cara pemeriksaan :
- Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang pemeriksa : yang menjaga bayi dan mencatat hasil
- Bayi sebaiknya telanjang/seminim mungkin, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan, dan tidak memakai popok/diapers (terutama jika popok/diapers penuh).
- Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
- Lihat jarum timbangan atau angka timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Lakukan pembacaan hasil penimbangan dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma dalam satuan Kg, kemudian catat hasil penimbangan berat badan tersebut.
2.4.2 Pemeriksaan Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter penting yang dapat menilai keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, terutama jika umur subjek tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama, sehingga indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TB/ juga erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.
Pada bayi dan anak kurang dari 2 tahun, terutama yang belum bisa berdiri, pemeriksaan yang dilakukan adalah mengukur panjang badan (PB), yang dilakukan sambil berbaring menggunakan length board / papan pengukur PB (dapat dilihat pada gambar 1.3). Sedangkan pada anak yang sudah bisa berdiri, pengukuran TB dapat dilakukan menggunakan stadiometer ataupun microtoise.
Gambar 1.3 Length board untuk mengukur panjang badan
Prosedur pengukuran TB pada anak yang sudah bisa berdiri dan pada dewasa menggunakan microtoise
Persiapan :
- Microtoise digantungkan pada dinding tegak lurus pada ketinggian 2 m
Cara pengukuran :
- Pastikan pasien untuk melepas alas kaki dan melepas ikat rambut atau aksesoris kepala lainnya (jika pasien memakainya).
- Posisikan pasien agar berdiri tegak dibawah microtoise, dengan pandangan menghadap lurus ke depan (Frankfort horizontal plane, gambar 1.4), kaki dirapatkan (posisi berdiri pada pengukuran TB dapat dilihat pada gambar 1.5)
- Pastikan bagian belakang kepala, bahu, bokong, dan tumit pasien menempel ke dinding.
- Turunkan microtoise hingga menekan rambut pasien
- Minta pasien untuk menarik napas panjang. Pengukuran dilakukan saat inspirasi maksimal.
- Baca dan catat hasil pengukuran hingga satu desimal dibelakang koma dalam satuan cm.
Gambar 1.4 Frankfort horizontal plane
Gambar 1.5 Posisi berdiri pada pengukuran TB
Prosedur pengukuran PB pada bayi/anak < 2 th atau anak yang belum bisa berdiri menggunakan length board / papan pengukur PB
Persiapan :
- dilakukan oleh 2 orang orang, yaitu asisten pemeriksa yang menjaga posisi kepala anak/pasien (dapat dibantu/digantikan juga oleh ibu pasien) dan oleh pemeriksa yang menjaga posisi kaki pasien sekaligus membaca hasil pengukuran
- Tempatkan length board atau papan pengukur PB pada lantai atau meja dengan permukaan yang keras, rata, dan tidak mudah goyang.
- Pastikan bagian batas kaki pada papan pengukur dapat digerakkan.
- Pemeriksaan dengan papan pengukur hanya dapat dilakukan pada bayi atau anak ≤ 85 cm
Cara pengukuran :
- Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar, dengan kepala bayi menempel pada pembatas angka 0, yaitu pada sisi papan yang tidak dapat digerakkan.
- Posisikan kepala bayi agar menatap keatas dan tegak lurus terhadap papan pengukur. Lalu minta asisten / ibu pasien untuk menjaga posisi kepala pasien.
- Tangan kiri pemeriksa menekan lutut bayi agar lurus, sementara tangan kanan pemeriksa menekan batas kaki ke telapak kaki
- Baca angka di tepi di luar pengukur, dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma dalam satuan cm, kemudian catat hasil pengukuran PB tersebut. Prosedur pengukuran PB dapat dilihat pada gambar 1.6 dan gambar 1.7, sedangkan untuk pengukuran TB dapat dilihat pada gambar 1.8.
Gambar 1.6 Posisi kepala bayi/anak dalam pengukuran PB
Gambar 1.7 Prosedur pengukuran PB
Gambar 1.8 Prosedur pengukuran TB dengan tiang pengukur
2.4.3 Pemeriksaan Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.
Persiapan:
- Siapkan pita ukur
- Pengukuran dapat dilakukan dengan posisi bayi ditidurkan dalam keadaan rileks/istirahat ataupun bayi dapat digendong oleh ibu/pengasuh
Cara pengukuran :
- Meminta asisten atau ibu/pengasuh pasien untuk memegang kepala anak
- Tempatkan pita pengukur melalui protuberatia oksipitalis (tulang oksiput yang paling menonjol), mengelilingi kepala hingga dahi tepat di atas alis (di atas tulang supraorbital).
- Pastikan bahwa letak pita di sisi kanan dan sisi kiri kepala sama tinggi
- Pada saat mengukur alat pengukur dikencangkan sambil menekan rambut
- Lakukan pembacaan hasil pengukuran lingkar kepala dengan skala 0,1 cm, kemudian catat hasil pengukuran lingkar kepala. Contoh pengukuran lingkar kepala dapat dilihat pada gambar 1.9.
Gambar 1.9 Pengukuran lingkar kepala bayi/anak
2.4.4 Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu, yaitu masa prasekolah (anak golongan umur 1-5 tahun), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Pemeriksaan LLA biasa digunakan untuk menskrining kurang energi protein (KEP), terutama sebagai alternatif bila tidak memungkinkan mengukur BB dan TB
Nilai baku LLA yang digunakan sekarang belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LLA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.
Persiapan :
- Siapkan pita ukur yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau, kuning, dan merah, serta pulpen/spidol untuk menandai daerah yang akan diukur
Cara pengukuran :
- Minta subjek/pasien agar berdiri tegak, menyamping terhadap pemeriksa.
- Pastikan daerah lengan atas (biasanya dilakukan pada lengan kiri) tidak tertutup pakaian. Anak yang masih terlalu kecil bisa dipegang oleh ibunya. Minta tolong ibunya untuk menyingkap baju yang menutupi lengan kiri si anak. Minta agar tangan pasien relaks.
- Tandai titik tengah lengan atas, yaitu pertengahan antara akromion-olekranon.
- Lingkarkan pita ukur pada lengan pasien yang sudah ditandai dan pastikan bahwa pita benar-benar rata melingkari lengan. Periksalah tekanan pita pada lengan anak, jangan terlalu kencang atau terlalu longar.
- Baca dan catat hasil pengukuran dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma.
- Interpretasi :
- < 11.5 cm : gizi buruk (merah)
- 5-12.5 cm : gizi kurang (kuning)
- > 12.5 cm : gizi baik (hijau)
Prosedur pengukuran lingkar lengan atas dapat dilihat lebih jelas pada gambar 1.10 dibawah ini.
Gambar 1.10 Prosedur pengukuran LLA
2.4.5 Pemeriksaan Lingkar Pinggang (Waist Circumference)
Pemeriksaan lingkar pinggang dapat dilakukan untuk mengukur jaringan lemak dan berhubungan dengan massa bebas lemak (Lohman, 1988). Sebagai pengukuran tunggal, pengukuran lingkar pinggang memiliki hubungan yang kuat dengan simpanan lemak sentral pada orang dewasa.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran lingkar pinggang memiliki korelasi yang lebih kuat dengan jumlah lemak pada perut bila diukur menggunakan DEXA dibandingkan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggul (WHR, Waist to Hip Ratio). Pengukuran ini juga makin banyak digunakan untuk populasi anak dan remaja.
Persiapan :
- Siapkan pita ukur
- Siapkan pulpen/spidol untuk menandai daerah yang akan diukur
Cara pengukuran :
- Pastikan daerah perut subjek/pasien tidak tertutupi oleh pakaian (pasien diminta membuka / menyingkapkan pakaiannya).
- Posisikan pasien agar berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
- Tandai titik tengah antara tulang rusuk terbawah dengan tonjolan tulang iliaka
- Tempatkan pita ukur pada daerah yang telah ditandai melingkari pinggang secara horisontal, jangan terlalu ketat/longgar.
- Bacalah hasil pengukuran pada pita ukur dengan ketelitian hingga satu angka dibelakang koma dan catatlah hasil pengukuran.
2.4.6 Pemeriksaan Tebal Lipatan Kulit (TLK)
Hampir 1/2 lemak tubuh ada di jaringan subkutis. Pemeriksaan tebal lipatan kulit (TLK, skinfold thickness) dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak distribusi simpanan lemak dalam tubuh. Pengukuran TLK bila dikaitkan dengan indeks BB/TB juga dapat menentukan adanya malnutrisi kronik. Pengukuran TLK dilakukan dengan kaliper, selama kurang lebih 4 detik karena lebih dari itu, cairan akan keluar dari jaringan (Lohman et al., 1988). Pengukuran TLK memiliki akurasi yang rendah, sehingga sebaiknya dilakukan 2–3 kali pengukuran.
Pada pengukuran TLK terdapat standarisasi tempat pengukuran karena perbedaan tempat pengukuran dapat mempengaruhi hasil. Pengukuran lemak tubuh dengan TLK dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf). Posisi pengukuran TLK pada tubuh dapat dilihat pada gambar 1.11 hingga gambar 1.15 dibawah ini.
Gambar 1.11 Lokasi pengukuran TLK : dilihat dari anterior tubuh (kiri) dan posterior tubuh (kanan)
Gambar 1.12 Pengukuran TLK pada daerah bisep.
Gambar 1.13 Cara memposisikan pita ukur yang benar dalam menentukan midpoint
Gambar 1.14 Pengukuran TLK pada daerah trisep
Gambar 1.15 Pengukuran TLK pada daerah subskapular
Persiapan :
- Alat utama : Kaliper, pastikan alat tidak mengalami kerusakan.
- Pita ukur, serta pulpen/spidol untuk menandai area tubuh yang akan diukur.
Cara pengukuran :
- Subjek/pasien diminta berdiri tegak dan merapatkan kaki pada permukaan lantai yang datar.
- Meminta pasien untuk merilekskan bahunya dan posisi lengan menggantung bebas disamping tubuh.
- Tandai lokasi / daerah yang akan diukur menggunakan pulpen/spidol dan pita ukur jika perlu. Ukur dengan pita ukur yang fleksibel untuk menentukan titik tengah pada tubuh (pada pemeriksaan TLK pada daerah tertentu seperti trisep)
- Dengan tangan kiri, cubit secara lembut lipatan kulit pada daerah yang telah ditentukan dengan ibu jari dan jari telunjuk kurang lebih 1 cm dari titik yang telah ditandai, lalu tarik menjauhi tubuh. Cara mencubit lipatan kulit yang benar dapat dilihat pada gambar 1.16.
- Dengan tangan kanan, tempatkan kaliper pada titik pemeriksaan atau kurang lebih 1 cm di bawah jari yang memegang lipatan kulit
- Baca kaliper sekitar 3-4 detik setelah pegangan tangan kanan pada kaliper dilonggarkan.
- Baca angka pada kaliper dalam ukuran mm dengan ketepatan 0,2 mm. Lalu catat hasil pengukuran.
- Ulangi pengukuran minimal 2 kali pada masing-masing daerah yang telah ditentukan..
Gambar 1.16 Cara pengukuran TLK dengan caliper yang benar
Tugas untuk dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa : Cari dan pelajari cara menghitung dan interpretasi hasil dari pengukuran TLK.
2.4.7 Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan dan status gizi adalam dengan menggunakan IMT. IMT (Indeks Massa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index) adalah suatu indeks yang berkorelasi dengan isi lemak tubuh total atau persentase lemak tubuh, dan merupakan ukuran lemak yang dapat diterima pada anak dan dewasa. Dihitung dengan cara membagi Berat Badan BB dalam kilogram dengan kuadrat dan tinggi Badan dalam satuan meter (m).
BMI = BB (kg) / TB (m)2
World Health Organization (WHO) membuat klasifikasi IMT pada orang dewasa dan terutama dihubungkan pula dengan kemungkinan timbulnya penyakit peserta pada obesitas. Klasifikasi IMT bagi anak dan remaja dilakukan dengan memplotkan BMI menurut umur dan jenis kelamin ke kurva WHO. Khusus bagi penduduk Asia, klasifikasi IMT pada orang dewasa ada sedikit perbedaan, karena ditemukan bahwa pada orang Asia kemungkinan mengidap penyakit penyerta lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang diluar Asia dengan IMT yang sama, sehingga batas IMT untuk obesitas yang menurut standar baku WHO adalah 30, menjadi 25 pada baku orang Asia. Klasifikasi IMT bagi orang Asia dewasa adalah :
Resiko Penyakit* Relatif terhadap Berat dan Lingkar Pinggang Normal | ||||
BMI (kg/m2) | Obesity Class | Pria ≤ 102 cm(<40in)
Wanita≤ 88cm(<35in) |
Pria > 102 cm(>40in)
Wanita> 88 cm(>35in) |
|
Underweight
Mild Severe |
< 18,5
17 – 18,4 < 17 |
– | – | – |
Normal | 18,5 – 22,9 | – | – | – |
Overweight
Pre-obesity |
23,0 – 24,9 | – | Naik (increased) | Tinggi (High) |
Obesity | 25,0 – 29,9
≥ 30 |
I
II |
Tinggi (High)
Sangat Tinggi (Very High) |
Sangat Tinggi
(Very High) Sangat Tinggi (Very High) |
*Resiko penyakit untuk Diabetes Type 2, hipertensi dan CVD |
Diadopsi dari National Institutes of Health dan WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:Redefining Obesity and its Treatment