Keterampilan Medik Tanda Vital

3.4. PELAKSANAAN KETERAMPILAN MEDIK

3.4.1       Pengukuran tanda vital

  1. Metode : Manual
  2. Tujuan              : Melakukan pengukuran tanda vital dengan benar
  3. Teori :
  4. Pengukuran Suhu Badan

Suhu badan diperiksa dengan termo­meter badan, dapat berupa termometer air raksa atau termometer digital (Gambar 1). Pengukuran dapat dilaku­kan pada mulut, aksila, atau rektum. Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan melalui rektum, tetapi termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk mulut, pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat menutup mulutnya. Pengukuran melalui rektum biasanya memberikan hasil pengukuran yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 ˚C  dibandingkan lewat mulut (Gambar 5.1). Suhu badan tubuh normal (aksila 36,3˚C–37,5˚C).

 

 

Gambar 5.1. Perbedaan pengukuran lewat mulut dan lewat rektum

 

  1. Pernafasan

Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Tujuan bernafas adalah memberikan O2 ke jaringan tubuh dan mengeluarkan CO2 dari jaringan tubuh. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula. (Gambar 5.2)

 

 

Gambar 5.2. Mekanisme ventilasi paru

 

 

 

  1. Denyut Nadi

Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, disemburkan darah ke aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.

Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolis dan diastolis. Tekanan ini dapat teraba seperti denyutan pada beberapa arteri yang ada dipergelangan tangan dan leher. Tekanan ini teraba pada saat sistol dan diastol tidak teraba. Faktor yang menentukan tekanan nadi adalah volume sekuncup (stroke volume) dan compliance arteri.

Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan nadi adalah: frekuensi, irama, dan kekuatan  nadi.

 

  1. Tekanan Darah

Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole.

Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaan ini disebut keadaan sistole, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistol.

Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventriket, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks tersebut disebut tekanan darah diastole.

Kontraksi ventrikel pada waktu sistol menyebabkan timbulnya semburan darah kedalam arteri pulmonal dan arteri sistemik. 1/3 stroke volume meninggalkan arteri pada waktu sistole dan 2/3 stroke volume tetap dalam arteri dan membuka dinding arteri (Gambar 3). Kontraksi ventrikel berhenti, dinding arteri mengkerut secara pasif, darah mengalir sepanjang diastol.  Volume arteri dan tekanan arteri menurun (Gambar 4).

Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll.

 

 

Gambar  5.3.  Aliran darah pada waktu sistol dan diastol

 

 

Gambar 5.4. Mean arterial pressure

 

3.4.2    Prosedur Pemeriksaan        :

  1. Pengukuran Temperatur

Pengukuran pada mulut (oral) :

  • Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5°C Masukkan termometer di bawah lidah penderita. Mintalah penderita untuk menutup mulut, dan tunggu 3-5 menit. Kemudian bacalah termometer tersebut, pasangkan lagi selama satu menit, dan baca kembali. Kalau suhu masih naik, ulangi prosedur di atas sampai suhu tetap (tidak naik lagi).
  • Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pengukuran dengan cara ini harus ditunda selama 10-15 menit dulu sehingga minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

 

Pengukuran pada rectum :

  • Pengukuran melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi, setelah bayi di letakkan di atas meja periksa
  • Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan masukkan dalam anus sedalam 3-4 cm, dengan arah ke arah umbilikus, biarkan selama 2 menit, kemudian di baca
  • Bersihkan termometer

Catatan: Pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu juga dibarengi dengan pengukuran nadi dan nafas

 

Pengukuran pada ketiak

  • Aksila dilap sampai kering kemudian kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5°C
  • Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris kiri kemudian lengan atas adduksi maksimal
  • Tunggu 3-5 menit, kemudian dilakukan pembacaan.
  1. B. Pengukuran pernafasan:
  • Penderita diminta melepaskan baju.
  • Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan (lakukan ini tanpa mempengaruhi psikis penderita). Kadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan per­bandingan antara kanan dan kiri.

Pada inspirasi, perhatikanlah: Gerakan ke samping iga, pelebaran sudut epigastrium dan penambahan besarnya ukuran antero posterior dada.

Pada ekspirasi, perhatikanlah: Masuknya kembali iga, penyempitnya sudut epigastrium, dan penurunan besarnya ukuran antero posterior dada

Perhatikan pula adanya penggunaan otot pernafasan pembantu. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan.

 

  1. C. Cara Pengukuran frekuensi nadi
  • Penderita dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring.
  • Lengan dalam posisi bebas (rileks)
  • Perhiasan dan jam tangan dilepas.
  • Periksalah denyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan Anda, pada sisi fleksor bagian lateral dari tangan penderita (Gambar 6).
  • Hitunglah berapa denyutan dalam satu menit.
  • Perhatikan pula irama dan kuantitas denyutannya.
  • Catalah hasil pengukuran dari lengan kanan dan kiri.

                 

Gambar 5.6. Pengukuran frekuensi nadi

 

 

 

  1. D. Pengukuran tekanan darah :
  • Siapkan tensimeter dan stetoskop
  • Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
  • Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebaskan dari tekanan oleh pakaian
  • Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 3 cm di atas fossa cubiti
  • Tempatkan lengan penderita sedemikian sehingga siku dalam ke­adaan sedikit fleksi
  • Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo biseps
  • Dengan satu jari meraba a. radialis, pompa manset sampai pulsasi a. radialis menghilang (sistolik palpatoir)
  • Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop pada a. Brachialis
  • Pompa manset sampai kurang lebih 20-30 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir
  • Kemudian secara pelahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmHg perdetik. Perhatikan saat di mana denyutan a. brachialis terdengar. Inilah tekanan sistolik. Lanjutkanlah penurunan tekanan manset sampai suara denyutan melemah dan kemudian menghilang. Tekanan pada saat itu adalah tekanan diastolik
  • Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa
  • Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit setelah pengukuran pertama

 

 

 

Fakta yang menentukan tekanan arteri (arteri dianggap balon yang berisi air) tergantung dari:

  • Volume darah, dan
  • Semudah apa dinding pembuluh darah dapat diregangkan (compliance).

 

“Compliace = Dvolume / D tekanan

Makin tinggi compliance, makin mudah dinding pembuluh darah direnggangkan. Bila pembuluh darah mudah diregangkan, maka peningkatkan volume darah hanya sedikit meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya bila sukar diregangkan, peningkatan volume darah sedikit saja akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Kontraksi ventrikel akan menyebabkan ejeksi darah ke arteri polmonal dan sistemik. Bila sejumlah darah yang sama dan mengalir secara simultan dalam arteri, maka volume darah tetap konstan dan tekanan darah tidak berubah. Dalam keadaan sebenarnya tidak begitu, tetapi hanya 1/3 “stroke volume” yang meninggalkan arteri selama sistol. Sisanya tetap dalam arteri dan meregangkan dinding arteri sehingga tekanan darah meningkat. Bila kontraksi ventrikel berhenti, dinding pembuluh darah yang meregang kembali mengkerut (“recoil”) secara pasif dan darah dialirkan secara kontinu selama di astol pada waktu darah meninggalkan arteri, volume dan tekanan darah menurun secara perlahan-lahan, tetapi pada permulaan kontraksi ventrikel berikutnya masih terdapat sejumlah darah yang secara adekwat akan meregangkan pembuluh darah, sehingga tekanan arteri tidak pernah mencapai nol.

Tekanan arteri maximum tercapai pada puncak ejeksi  ventrikel  dan disebut tekanan sistolis (TS). Tekanan arteri minimum terjadi tepat sebelum ejeksi ventrikel mulai dan disebut tekanan diastolis (TS), ditulis sistolis/diastolis (120/80 mmHg). Perbedaan tekanan sistolis dan diastolis = tekanan nadi (TN). Ukuran besarnya tekanan nadi ditentukan oleh : 1) stroke volume, 2) kecepatan ejeksi stroke volume, dan 3) compliance arteri.

Pada orang tua dengan arteriosklerosis, tekanan nadi akan meningkat. Tekanan darah rata-rata (MAP) tidak sama dengan ½ jumlah tekanan  sistolis + tekanan diastolis.

MAP = TD + 1/3 (TS-TD)

Contoh : MAP = 80- +1/3 (40) = 93 mmHg

 

 

 

Pengukuran tekanan arteri sistemik

Tekanan sistolis dan diastolis diukur dengan sphygmomanometer yang mempunyai manset yang bisa dikembangkan dan dililitkan pada lengan atas. Stetoskop diletakkan di atas a.brachialis tepat di bawah manset. Manset dikembangkan sampai mencapai tekanan diatas sistolis. Tekanan manset akan diteruskan ke lengan atas yang akan menekan arteri di bawahnya sehingga aliran darah ke arteri dicegah. Udara dalam manset dikeluarkan perlahan-lahan sehingga tekanan manset dan tekanan pada arteri menurun.

Bila tekanan manset menurun sampai nilai tepat di bawah sistolis, maka arteri akan terbuka sedikit dan darah akan mengalir dalam waktu singkat pada puncak sistol. Selama interval ini darah akan mengalir cepat melalui pembukaan kecil dengan perbedaan tekanan yang besar. Terjadi turbulensi yang menghasilkan vibrasi yang dapat didengar (bunyi Korotkoff). Tekanan yang terjadi pada waktu bunyi pertama kali terdengar identik dengan tekanan darah sistolis.

Selanjutnya bila tekanan manset terus diturunkan, maka waktu aliran darah akan memanjang. Bila tekanan manset mencapai tekanan diastolis, semua bunyi akan berhenti karena aliran jadi kontinu dan non turbulen. Jelaslah bahwa bunyi yang terdengar selama pengukuran tekanan darah arteri bukan suatu bunyi jantung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.5. HASIL PENGUKURAN

NO NAMA JENIS KELAMIN UMUR SUHU RESPIRASI NADI TENSI
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             
 

 

             

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *