Luka adalah hilang, rusak atau diskontinuitas sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Proses yang terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi yang ditandai reaksi radang dengan gejala dolor, rubor, kalor dan tumor. Fase proliferasi, dimana terjadi regenerasi/fibroplasia dengan gejala jaringan granulasi/kalus tulang menutup, dan terakhir fase penyudahan yang ditandai dengan proses pematangan dan perupaan kembali dengan gejala terdapatnya jaringan parut/fibrosis. Penyembuhan luka dapat diklasifikasi menjadi penyembuhan primer dimana didapat luka bersih, tidak terinfeksi dan dijahit dengan baik, penyembuhan sekunder bila luka dibiarkan terbuka, didapat luka terisi jaringan granulasi mulai dari pinggir lalu terisi penuh oleh epitel, terakhir proses perupaan kembali disertai pengerutan. Jenis penyembuhan selanjutnya yaitu penyembuhan primer tertunda atau penyembuhan dengan jahitan tertunda, bila luka dibiarkan terbuka, akan terdapat granulasi baik, tanpa gejala dan tanda infeksi, dipasang jahitan kemudian akan terjadi penyembuhan. Apabila terjadi infeksi pada luka pascaeksisi biasanya disebabkan oleh karena eksisi luka tidak cukup luas dan teliti. Gangguan dalam penyembuhan luka dapat dibagi menjadi faktor endogen misalnya gangguan sistem imun, status gizi dan lain-lain, sedangkan faktor eksogen misalnya infeksi.
Penjahitan luka dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh primer.
Macam jahitan
- Jahitan simpul tunggal (interrupted suture), dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm, keuntungannya bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila infeksi cukup membuka jahitan di tempat infeksi. Kerugiannya : mengerjakannya lama. Jahitan ini baik untuk luka clean contaminated, atau luka infeksi, seperti pada operasi appendix.
- Jahitan jelujur (continuous suture), menggunakan satu benang untuk seluruh panjang luka, dilakukan terus menerus tanpa terputus, lebih cepat, tapi bila terputus satu buah akan terbuka semuanya.
- Jahitan matras Vertikal (interupted vertcal mattress suture), dilakukan dengan menjahit sedalam penampang vertikal luka. Keuntungan cara ini luka tertutup rapat sehingga dapat dihindari terbentuknya rongga yang potensial untuk terjadinya infeksi.
- Jahitan di bawah kulit (subcuticular suture), jahitan dilakukan pada jaringan lemak tepat di bawah dermis. jahitan rapi, tidak terlihat, skar minimal

Jenis benang
Jenis benang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
- Diserap (absorbable), contoh : Cat gut , PGA, PDS
- Tidak diserap (non absorbable) , contoh : Silk dan nilon.
Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan
Lokasi penjahitan | Jenis benang | Ukuran |
Fasia Otot Kulit Lemak Hepar Ginjal Usus halus Tendo | Semua Semua Tidak diserap Diserap Kromic catgut Semua catgut Catgut, silk Tidak diserap | 2.0 – 1 3.0 – 0 2.0 – 6.0 2.0 – 3.0 2,0 – 0 4.0 2.0 – 3.0 5.0 – 3.0 |
Benang-benang absorbable pada umunya diperuntukan penjahitan di bagian dalam .
Bentuk jarum
Bentuk jarum jahit bedah berbeda-beda :
- Berdasarkan kelengkungan : – Lurus
– Lengkung
- Berdasarkan ujung jarum : – bulat
- tajam
- bulat tajam
- Berdasarkan ada tidaknya mata jarum : – bermata
- tidak bermata (atraumatik)
Masing-masing berbeda kegunaannya, kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan, makin dalam jaringan yang dijahit membutuhkan jarum yang makin lengkung. Sedangkan penampang batang jarum (ujung jarum) digunakan berdasarkan kerasnya jaringan yang akan dijahit, jarum bulat (round body) dipakai untuk jaringan yang lunak dan biasanya di bagian dalam, misalnya: otot, subkutis,usus dan lain-lain, dan jarum yang tajam (cutting, bentuk segitiga) dipakai untuk jaringan yang keras, misalnya : kulit. Jarum bermata (adanya lobang untuk memasang benang) memberikan luka tusuk lebih besar dibandingkan dengan jarum yang atraumatik.
5.2 Pelaksanaan Keterampilan Medik Menjahit Luka dan Mengangkat Jahitan
- Metode: suture tutor pad
- Tujuan: melakukan anestesi infiltrasi, penjahitan luka dan mengangkat jahitan secara baik dan benar
- Cara Kerja:
Diagnosis kasus: vulnus scissum ec arit a//r antebracii sinistra aspek anterior Prinsip-prinsip :
- Tindakan a dan antiseptic
- Anestesi local (teknik infiltrasi : tusukan di kedua ujung, tepi luka, perhatikan dosis maksimal), tunggu 2 menit
- Debridement (cuci luka, evakuasi benda asing, rapikan tepi luka/eksisi)
- Jahitan subkutis (tusukan tidak mengenai kutis, jenis benang catgut (plain, chromic 2.0-3.0), bentuk jarum tapper, arah tusukan, simpul 3 kali, gunting simpul arah miring)
- Jahitan kutis (tusukan tidak mengenai subkutis, jenis benang (silk, nilon 3.0), jarum cutting, gunting simpul ½-1 cm)
- Dead space seminimal mungkin
- Bersihkan daerah operasi dengan NaCl 0,9%
- Tutup luka operasi dengan kasa steril NaCl 0,9% lembab

Gambar 40. Teknik Menjahit Kutis
Menjahit subkutis
- Pasang jarum tapper dengan cara menjepitkan bagian tengah -2/3 jarum pada
needle holder
- Pasangkan benang plain/chromic cut gut 3.0/2.0 pada mata jarum bulat
- Tangan kanan memegang needle holder tangan kiri memegang pinset chirurgis
- Angkat jaringan sub kutis yang terluka/robek dengan pinset chirurgis, tusukkan jarum dari tepi luka yang dekat dengan badan kita dengan arah dari dalam ke luar Arahkan jarum ke tepi luka sebelahnya sambil menarik ke atas
- Ikat benang dan gunting dengan cara memiringkan gunting
Menjahit kutis
- Pasang jarum kulit dengan cara menjepitkan bagian tengah – 2/3 jarum pada needle holder
- Pasangkan benang silk/nilon 3.0 pada mata jarum
- Angkat jaringan kulit yang terluka/robek dengan pinset anatomis, tusukkan jarum dari luar ke dalam pada daerah tepi luka sisi lain kurang lebih 1 cm
- Arahkan jarum ke tepi luka sebelahnya sambil menarik ke atas
- Ikat benang dan gunting 0,5- 1 cm
- Bersihkan luka yang sudah di jahit tadi dengan kasa NaCl 0,9 % lembab
- Menutup luka dengan bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa (misalnya kasa yang mengandung larutan yodium povidon lembab).
- Fiksasi kasa dengan menggunakan plester kertas atau plester kain.
- Pasien ditempatkan dalam posisi yang nyaman letak luka disesuaikan agar tidak terhimpit bagian tubuh lain atau tempat tidur.
Mengangkat Jahitan:
- Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
- Pada daerah luka yang akan dilepas jahitannya dicuci dengan NaCl 0,9% (kasa lembab dengan NaCL 0,9%)
- Melakukan tindakan a dan antiseptik disekitar luka post hecting dengan iodium povidone 10%.
- Menutup daerah sekitar lapangan kerja dengan doek bolong steril.
- Benang jahitan dijepit dengan pinset, pada tangan kiri, kemudian digunting salah satu bagiannya, kemudian benang ditarik dengan pinset sampai keluar dari kulit.
- Setelah semua jahitan terangkat, cuci luka dengan NaCl 0,9% dan oleskan povidone iodine (sedikit saja).
- Tutup luka dengan kasa steril dan diplester.
Tatalaksana farmakologis:
Amoksisilin + asam clavulanat 3 x 625 mg atau Cefixime 2×100 mg Analgetika : asam mefenamat 3×500 mg
Edukasi:
- Jaga kebersihan luka
- Balutan pertama diganti hari 3 paska penjahitan dengan kasa povidon iodine lembab, kecuali basah/kotor. Setelah itu setiap hari balutan diganti.
- kontrol hari 3, bila terjadi perdarahan atau timbul nanah segera control
- jahitan akan diangkat pada hari 7-10 paska penjahitan