Pemeriksaan fisik yang baik sangat tergantung dari kerjasama dengan pasien dan ruang pemeriksaan yang memadai. Kondisi ini sangat penting untuk menimbulkan kepercayaan dan profesionalisme selama proses pemeriksaan dan memperoleh informasi yang diharapkan. Walaupun pemeriksaan fisik merupakan suatu proses yang terpisah dari anamnesis, akan tetapi pengamatan sudah dapat dimulai sejak pasien memasuki ruangan. Seperti halnya anamnesis, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematik dan mencari apa yang ingin diperoleh berdasarkan anamnesis. Dan hal yang penting adalah selalu berfikir apa yang harus di lakukan dan mengapa dilakukan.
Prinsip dasar pemeriksaan fisik:
- Pemeriksa berdiri di kanan tempat tidur
- Gunakan penerangan sinar matahari atau sinar lampu yang terang
- Periksa dari ujung rambut sampai telapak kaki
- Gunakan panca indra dengan baik dan teliti
- Gunakan alat bantu periksa yang memenuhi syarat
- Cari tanda ( sign ) dari penyakit yang diduga
Pemeriksaan fisik mengikuti suatu aturan yang baku, untuk hampir seluruh sistem pemeriksaan dilakukan berdasarkan tahapan:
- Inspeksi
Adalah pemeriksan fisik dengan menggunakan indra penglihatan. Dengan melihat maka pemeriksa mendapatkan hasil pemeriksaan antara lain:
Kesan umum pasien: kesakitan, postur tubuh, cara berjalan, dll
- Warna dari permukaan tubuh yang dapat dilihat: kulit, sklera, dll
- Bentuk: badan atau bagian tertentu
- Ukuran: perbandingan antar bagian tubuh atau seluruh tubuh
- Gerakan: normal atau abnormal pada dinding dada, alat gerak, dll
- Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik dengan indra peraba, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan. Dengan palpasi akan terbentuk gambaran berbagai aspek:
- Permukaan: halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dll
- Getaran/denyutan: denyut nadi, pukulan jantung pada dinding dada, dll
- Keadaan alat di bawah permukaan: batas-batas hepar, adanya massa abnormal di tempat yang tidak seharusnya, dll
- Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantaraan jari tangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang dibedakan menjadi lima kualitas suara dasar: pekak, redup, sonor, hipersonor dan timpani.
- Suara pekak dihasilkan oleh massa padat
- Suara redup dihasilkan dari perkusi batas paru dan hepar
- Suara sonor dihasilkan oleh perkusi pada paru yang normal
- Suara hipersonor dihasilkan oleh suara paru yang emfisematous
- Suara timpani dihasilkan oleh perkusi hemitoraks dengan pneumothoraks yang luas
- Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik dengan menggunakan pendengaran (alat stethoscope) untuk mendengarkan suara yang berasal dari dalam tubuh. Dari pemeriksaan ini dapat terdengar suara-suara secara kualitatif dan kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, paru-paru, pembuluh darah dan usus.
Pada stetoskop terdapat bagian yang menempel pada permukaan tubuh pasien, terdiri dari dua sisi permukaan aitu: 1) sisi membrane yang merupakan suatu membrane berdiameter 3,5-4 cm; 2) sisi bel atau “cup” yang berbentuk corong dan berdiameter 3,8 cm. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh “ear pieces” atau “ear plug” oleh suatu pipa lentur yang berdinding tebal.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, posisi pemeriksa harus selalu berada di sebelah kanan pasien/yang diperiksa. Buatlah penerangan yangbaik. Penerangan alam akan lebih baik dari pada lampu. Selain itu, perlu diupayakan agar suhu ruangan nyaman.
- Cara melakukan inspeksi
Perhatikan dan catatlah:
- Bentuk tubuh pasien, apakah kurus, atletis atau gemuk
- Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota badan
- Cara berjalan dan gerakan
- Adanya deformitas/kelainan bentuk
- Keadaan kulit, rambut, mukosa mata/mulut, dan kuku secara umum
- Ekspresi wajah: cemas, tertekan, malu, kesakitan, dll
- Ciri-ciri lain yang didapatkan
- Cara melakukan palpasi
- Daerah yang akan diperiksa harus bebas dari gangguan-gangguan yang menutupi
- Yakinkan bahwa tangan pemeriksa tidak dingin untuk menghindari kram bagi yang peka
- Cara meraba dapat menggunakan:
- Jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan besarnya benda
- Jari ke 2, 3 dan 4 untuk menentukan konsistensi atau garis besar kualitas benda
- Seluruh telapak tangan untuk merasakan adanya getaran
- Sedikit tekanan dengan ujung atau telapak jari dapat menemukan adanya rasa sakit yang dapat dilihat dari perubahan raut muka atau mendengarkan keluhan.
- Cara melakukan perkusi
- Jari tengah dari tangan kiri diletakkan pada permukaan yang akan diperkusi dalam sikap hiperekstensi.
- Tekankan persendian interphalang pada permukaan yang akan diperkusi, dan hindarkan kontak antara permukaan yang diperkusi dengan bagian lain dari jari tangan kiri tersebut.
- Tempatkan tangan kanan ke dekat daerah yang akan diperkusi dalam posisi menekuk ke atas, jari tengah dalam sikap fleksi, relaks dan siap untuk mengetuk.
- Dalam gerakan yang cepat tapi relaks dari pergelangan tangan, ketuklah jari tengah tangan kiri yang menempel pada bidang yang diperiksa dengan jari tengah kanan.
- Gunakan ujung jari dengan posisi yang sedapat mungkin tegak lurus (kuku harus dipotong pendek).
- Buatlah ketukan seringan mungkin yang dapat menghasilkan suara yang jelas.
- Cara melakukan auskultasi
- Gunakan stetoskop dengan pipa pendek (25-30 cm)
- Pasangkan kedua “ear pieces” ke dalam telinga sehingga betul-betul masuk tetapi tidak menekan
- Gunakan bagian bel dari stetoskop untuk memeriksa toraks dan bagian diafragma untuk memeriksa abdomen (bagian cup meneruskan sebagian besar dari suara bernada rendah, sedangkan bagian membrane menyaring suara bernada rendah sehinga meneruskan suara bernada tinggi).
3.5 PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik ada beberapa hal yang sangat penting diperhatikan adalahan penilaian keadaan umum pasien yang meliputi : penilaian kesadaran, keadaan sakit, Berat Badan, Tinggi Badan, BMI dan tanda –tanda vital. Masing masing point diatas akan diuraikan dibawah ini :
- Kesadaran
- Compos mentis – pasien dalam keadaan sadar penuh
- Somnolen – mengantuk, memberikan respons terhadap rangsang ringan
- Sopporous / stupor pasien seperti tertidur dan masih ada respons terhadap rangsang yang kuat
- Comatous – pasien dalam keadaan tidur dalam dan tidak berespons sama sekali terhadap rangsang
- Keadaan sakit
- Sakit ringan
bila pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain
- Sakit sedang
dapat melakukan aktivitas sendiri terbatas, kadang perlu bantuan orang lain
- Sakit berat
tidak dapat melakukan aktivitas untuk diri sendiri tanpa bantuan orang lain
- Berat Badan, Tinggi Badan, Body Mass Index
- Tanda vital
- Nadi
- Tekanan darah
- Respirasi
- Suhu
- Pemeriksaan Fisik Kepala
Inspeksi :
- Bagamana bentuk wajah pasien? simetris/asimetris
- Adakah tampilan khas pada wajah ? apakah ada oedema peri orbital, periobital hematom ( brill hematome), moon face, mixedema, facies leonina, butterfly rash, pucat, flushing face ?
Gb1. Facies Leonina pada lepra Gb2. Moonface ( efek samping kortikosteroid)
(diunduh : http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/)
(diunduh dari : http://efeksampingkortikosteroid.blogspot.com/)
(medicina/2010828/lecciones/cap5/imgcap5/cap530.jpg)
Gbr 3. Butterfly rash pada SLE Gambar 4. Myxedema pada hipotiroid
(diunduh dari :upus-chronicle.blogspot.com/2010/06)
(diunduh :http://www.medicalzone.net/pathology-definition—myxedema.html )
(lupus-guide-for-perplexed-malar-rash.html)
- Apakah rambut kusam? Mudah dicabut?
- Mata : ketajaman penglihatan, posisi mata. Observasi pula kelopak mata, sclera dan konjungtiva kedua mata. Bandingkan kedua pupil mata dan lakukan pengetesan dengan menggunakan cahaya. Nilai pergerakan mata. Adakah ptosis/eksopthalmus? Adakah strabismus? Apakah gerak bola mata ke segala arah baik? Bagaimana kornea?
Gambar 5 .Ptosis mata kiriGambar 6. Lagofthalmus pada Bell’s palsy
Terjadi akibat kelumpuhan m. Levator palpebral.Keadaan dimana kelopak mata suli menutup yang dipersyarafi oleh N III. Akibat kelumpuhan N.VII
(diunduh dari:http://m.kaskus.co.id/post/http://www.blepharospasm.org/gallery3/index.php/2010)
- Telinga : Perhatikan daun, lubang dan gendang telinga serta lakukan pengecekan pendengaran.
- Hidung dan rongga sinus: Perhatikan bagaian luar hidung, mukosa nasal, septum dan turbinates.
- Mulut dan pharing : perhatikan bibir, mukosa mulut, gusi, gigi, palatum, lidah, tonsil dan pharing Lidah : mukosa kering? Frenulum lingua ikterik? Papila lidah atrofi? Hipertrofi gusi?
Palpasi :
- Adakah nyeri pada sinus frontalis dan maksilaris?
Gambar 7. Letak sinus pada wajah
Diunduh darihttp://www.nursing-help.com/2012
/05/nursing-assessment-of-head-and-neck.html
Gambar 8. Palpasi sinus frontalis (A) dan sinus Maxilaris (B)
Diunduh dari :http://www.cram.com/flashcards/health-assessment-exam-2-1646935
- Adakah konjungtiva anemis? Pemeriksaan konjungtiva dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari / jari telunjuk di palpebra inferior kemudian melakukan gerakan menarik ke arah inferior.
- Adakah sklera ikterik? Pemeriksaan sklera dilakukan dengan membuka mata pasien dengan tangan lalu dinilai apakah terdapat tanda-tanda ikterik atau tidak
Gambar 9. Pemeriksaan konjungtiva (atas) dan sklera ( bawah)
Diunduh dari : http://avserver.lib.uthsc.edu:8080/Medicine/eye_exam/page31.htm
Perkusi :
- Menilai refleks chvostek, biasanya dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya hipokalsemia pada seorang pasien.
- Pemeriksaan Fisik Leher
Inspeksi :
- Apakah tampak simetris?
- Apakah terdapat penonjolan vena-vena leher?
- Adakah tampak pembesaran KGB?
- Apakah tampak terlihat tumor? ( soliter/multiple, unilateral/bilateral, konfluens/disseminata)
- Apakah thyroid tampak membesar?
- Adakah tortikalis
Palpasi :
- Palpasi trachea. Apakah terdapat deviasi trachea?
- Apakah KGB teraba membesar ? Diperiksa 10 regio KGB leher
- Apakah kelenjar thyroid teraba membesar
- Apakah Jugular Venous Pressure (JVP) meningkat ? ( pemeriksaan JVP akan dibahas secara khusus dan mendalam di sistem cardiovaskular)
Auskultasi :
- Dilakukan untuk menilai apakah terdapat bruit pada tiroid atau tidak. Dilakukan terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
- Pemeriksaan Fisik Thoraks
Inspeksi : perhatikan bentuk umum dan pergerakannya serta iktus kordis
Bentuk: normal simetris, diameter a-p < sagital
barrel chest, diameter a-p = sagital
flail chest – traumatik
funnel chest / pectus excavatum
pigeon chest / pectus carinatum
kyposcoliosis
Normal Funnel chest (Pectus Excavatum)
Barrel chest Pigeon chest (pectus carinatum)
Traumatic fail chest Thoracic Kyphoscoliosis
Palpasi : melakukan pemeriksaan sela iga, mamae, vocal fremintus berupa membandingkan getaran suara paru kiri dan kanan serta penilaian iktus kordis
Pemeriksaan pergerakan dinding dada Pemeriksaan iktus kordis
Perkusi : Membandingkan keadaan paru kiri dan kanan
Menentukan batas paru-hepar
Menentukan batas jantung
Auskultasi
Paru : normal : vesikular, sub bronkial, bronkial, trakeal
VBS menurun : effusi pleura, fibrosis
VBS meningkat : konsolidasi
Adakah suara tambahan seperti ronchi, wheezing, krepitasi, dan pleural friction rub
Jantung : Normal
Bunyi jantung tambahan