Keterampilan Medik Penyuntikan Intra Vena

2.2.3 PENDAHULUAN

Cara pemberian obat lebih dianjurkan dengan cara per oral. Namun pada keadaan-keadaan tertentu, pemberian obat per oral tidak mungkin dilakukan, misalnya pada kondisi pasien yang tidak sadar, pasien memerlukan respon terapi yang cepat, tidak kooperatif, ataupun karena jenis obat yang diberikan kurang baik absorpsinya apabila diberikan per oral. Pemberian obat parental yang paling sering dilakukan adalah secara intramuskuler. Namun pada kondisi teretntu dapat juga diberikan secara intravena.

Suntikan intravena (IV) adalah suntikan obat atau zat lain ke dalam vena dan langsung ke aliran darah. Ini adalah salah satu cara tercepat untuk memasukkan obat ke dalam tubuh.

 

 

 

Indikasi penyuntikan intravena

  1. Pasien yang membutuhkan obat yang berpotensi menyelamatkan nyawa dengan sangat cepat
  2. Pasien yang membutuhkan dosis obat yang sangat akurat
  3. Pasien yang membutuhkan dosis besar obat dalam jangka waktu yang lama (infus intravena)
  4. Obat yang tidak praktis atau tidak efektif jika diberikan peroral

 

Keuntungan penyuntikan IV langsung adalah memberikan dosis obat yang diperlukan dengan sangat cepat, yang membantunya bekerja secepat mungkin. Sedangkan kerugiannya adalah bahwa menerima dosis obat yang lebih besar dapat meningkatkan risiko mempertahankan kerusakan pada vena. Risiko ini mungkin lebih tinggi jika obat tersebut diketahui mengiritasi.

 

Risiko dan efek samping

Risiko dan efek samping dari suntikan IV tidak jarang terjadi. Ini adalah prosedur invasif, dan pembuluh darahnya halus. Satu studi tahun 2018 mencatat bahwa hingga 50% prosedur kateter IV perifer gagal.

Efek samping penyuntikan IV yaitu:

  1. Peradangan

Salah satu komplikasi yang paling umum dari suntikan IV adalah peradangan vena, atau flebitis. Penelitian di The Journal of Vascular Access mencatat bahwa flebitis terjadi pada hingga 31% orang yang menggunakan kateter IV selama infus. Gejalanya biasanya dapat ditangani, dengan hanya sekitar 4% dari semua orang yang mengalami gejala parah.

  1. Iritasi obat

Injeksi langsung obat ke dalam vena perifer dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada jaringan di sekitarnya. Iritasi ini dapat disebabkan oleh pH obat atau bahan pengiritasi lainnya yang mungkin dikandung obat tersebut. Beberapa kemungkinan gejala iritasi obat termasuk pembengkakan, kemerahan atau perubahan warna, dan nyeri di tempat suntikan.

  1. Memar

Mempertahankan kerusakan pada vena dapat menyebabkan darah bocor keluar dari vena, mengakibatkan memar di tempat suntikan.

  1. Ekstravasasi obat

Ekstravasasi obat adalah istilah medis ketika obat yang disuntikkan bocor keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti: nyeri, kerusakan jaringan atau nekrosis, dan jaringan parut.

  1. Infeksi

Dalam beberapa kasus, bakteri dari permukaan kulit dapat masuk ke saluran kateter dan menyebabkan infeksi.

 

 

 

Gambar 4. Lokasi penyuntikan obat secara intravena

 

2.2.4 ALAT DAN BAHAN

  1. Sepasang sarung tangan
  2. Disposible syringe dan needle
  3. Kapas
  4. Tempat kapas alkohol
  5. Alkohol 70%
  6. Obat suntik
  7. Pelarut (bila perlu)
  8. Andrenalin ampul

 

2.2.5 PROSEDUR KERJA
2.2.5.1 Persiapan

  1. Cek alat dan bahan yang diperlukan untuk penyuntikan obat intramuskuer
  2. Memberi salam dan memprkenalkan diri
  3. Menanyakan identitas pasien & mencocokan dengan rekam medis
  4. Menerangkan maksud dan tujuan pemberian obat intramuskuler
  5. Membuat irformed consent
  6. Mempersilakan pasien berbaring
  7. Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk
  8. Memakai sarung tangan

 

2.2.5.2 Penyuntikan obat intravena

  1. Membuka tutup botol vial
  2. Membersihkan tutup vial dengan kapas alkohol 70%
  3. Ambil syringe kemudian buka tutupnya
  4. Mencampur obat dengan pelarutnya di dalam vial
  5. Menusukan jarum kedalam vial menembus karet penutupnya
  6. Menarik piston, sehingga obat mengisi syringe sesuai jumlah yang diinginkan
  7. Keluarkan gelembung udara dalam syringe, dengan cara mendorong piston
  8. Menarik jarum keluar dari vial
  9. Menutup kembali jarum dengan teknik satu tangan
  10. Mengganti jarum dengan yang baru
  11. Memberitahu pasien untuk melepaskan/menyisingkan pakaian pada lokasi penyuntikan. Biasanya penyuntikan dilakukan pada vena pada fossa cubiti
  12. Membersihkan tempat penyuntikan dengan kapas alkohol 70%
  13. Melakukan penyuntikan dengan posisi jarum 30⁰ pada tempat penyuntikan
  14. Memastikan bahwa jarum masuk ke pembuluh darah
  15. Mendorong piston pelan-pelan untuk memasukan obat
  16. Menarik jarum dengan cepat dari tempat penyuntikan
  17. Membersihkan lokasi penyuntikan dengan alkohol
  18. Memberitahu pasien bahwa pelaksanaan penyuntikan telah selesai
  19. Mempersilahkan pasien merapikan pakaian
  20. Mempersilahkan pasien untuk bangun dan duduk di kursi
  21. Menanyakan pada pasien apakah ada keluhan yang timbul
  22. Mempersilahkan pasien meninggalkan ruangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *